Momentum, Kebangkitan Nasional
M. Harun Al – Rasyid
Foto
: M . Harun Al - rasyid
Dalam memperingati
hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei ini, memberikan
momentum serta suntikan semangat bagi rakyat Indonesia untuk menjadi lebih baik
lagi. Begitupun dengan pandangan politik
yang mengalir dari darah Muhammad Harun Al Rasyid.
Menurut dosen
politik yang lahir di Bandung pada tanggal 31 Maret 1965, ini adalah momentum
kebangkitan nasional untuk bangsa Indonesia dengan menunjukkan bahwa Indonesia
pun siap bersaing dengan bangsa lain
dalam bidang dan konteks apapun. Karena ini adalah tonggak sejarah
bagaimana rakyat indonesia mendapatkan haknya dari para penjajah terdahulu.
Namun baginya
masyarkat Indonesia saat ini harus juga berbenah dengan sistem pemerintahannya
serta terus berevaluasi. Dalam konteks
kondisi yang kekinian, dimana saat ini para pejabat negara harus melepaskan
diri dari sifat yang individual dan lebih mementingkan kepentingan rakyat.
“Pergerakan dalam konteks saat ini saat
ini adalah lebih penting untuk mengedepankan kepentingan bangsa dari pada
kepentingan pribadi.” Ujar Harun Al Rasyid.
Pria yang
berprofesi sebagai dosen S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), serta
program magister S2 pascasarjana di Universitas Islam “45” (Unisma) Bekasi ini
juga mengungkapkan bahwa ini juga momentum untuk melepaskan diri dari kebijakan
ketergantungan eksternal. Dan juga dalam sisi ekonomi saatnya bangsa Indonesia
Mengedepankan produk buatan sendiri dalam hari kebangkitan nasional ini.
dan dalam situasi
politik Indonesia saat ini adalah penting bagi para pemimpin negara untuk lebih
mementingkan kepentingan masyrakat luas
daripada individu. Yang terjadi saat ini yaitu keadaan yang memunculkan bahwa
petinggi negara ingin merenggut kepentingan pribadinya daripada kepentingn
nasional. “para petinggi negara saat ini
tidak lagi melihat masa depan itu milik generasi yang akan datang, tetapi bagaimana mereka berusaha menguasai
masa depan dengan mengorbankan generasi yang akan datang.”ujarnya.
Dan kini saaatnya
dimulai dengan adanya pergerakan seruan damai
tanpa kekerasan. Jika dalam konteks
sejarah meski zamannya berbeda tapi semangatnya harus tetap sama.
Untuk saat ini,
bangsa Indonesia bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepentingan terhadap negara
asing. dan konsolidasi kepentingan nasional, artinya bahwa para pemimpin harus
berorientasi dengan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan pribadi .
Dan untuk
melahirkan generasi kebangkitan sosial menurutnya yaitu memahami sejarah dan
kekayaan budaya dan kedua mampu mengaplikasikan dalam bentuk modern tanpa
mengurangi nilai sopan santun dan norma yang berlaku di Indonesia. “dan kita
perlu mencontoh orang Jepang, sehebat apapun anak muda, ia tetap menghormati
orang tua, melihat tatakrama dan perilakunya.”Paparnya.
Bahwa ini
menjadikan mari berfikir secara terbuka, karena Indonesia memiliki potensi
sumber daya manusia (SDM) serta sumber
daya alam (SDA) secara lokal. Pemerintah sebaiknya memberi ruang, karena apa
yang dimiliki bangsa Indonesia bisa bersaing jika di berdayakan. (Ihsan
Fahmi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar