Rabu, 20 Mei 2015

Momentum, Kebangkitan Nasional
M. Harun Al – Rasyid
Foto : M . Harun Al - rasyid
Dalam memperingati hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei ini, memberikan momentum serta suntikan semangat bagi rakyat Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi.  Begitupun dengan pandangan politik yang mengalir dari darah Muhammad Harun Al Rasyid.
Menurut dosen politik yang lahir di Bandung pada tanggal 31 Maret 1965, ini adalah momentum kebangkitan nasional untuk bangsa Indonesia dengan menunjukkan bahwa Indonesia pun siap bersaing dengan bangsa lain  dalam bidang dan konteks apapun. Karena ini adalah tonggak sejarah bagaimana rakyat indonesia mendapatkan haknya dari para penjajah terdahulu.
Namun baginya masyarkat Indonesia saat ini harus juga berbenah dengan sistem pemerintahannya serta terus berevaluasi. Dalam  konteks kondisi yang kekinian, dimana saat ini para pejabat negara harus melepaskan diri dari sifat yang individual dan lebih mementingkan kepentingan rakyat. “Pergerakan dalam konteks saat ini  saat ini adalah lebih penting untuk mengedepankan kepentingan bangsa dari pada kepentingan pribadi.” Ujar Harun Al Rasyid.
Pria yang berprofesi sebagai dosen S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), serta program magister S2  pascasarjana  di Universitas Islam “45” (Unisma) Bekasi ini juga mengungkapkan bahwa ini juga momentum untuk melepaskan diri dari kebijakan ketergantungan eksternal. Dan juga dalam sisi ekonomi saatnya bangsa Indonesia Mengedepankan produk buatan sendiri dalam hari kebangkitan nasional ini.
dan dalam situasi politik Indonesia saat ini adalah penting bagi para pemimpin negara untuk lebih mementingkan kepentingan masyrakat  luas daripada individu. Yang terjadi saat ini yaitu keadaan yang memunculkan bahwa petinggi negara ingin merenggut kepentingan pribadinya daripada kepentingn nasional.  “para petinggi negara saat ini tidak lagi melihat masa depan itu milik generasi yang akan datang,  tetapi bagaimana mereka berusaha menguasai masa depan dengan mengorbankan generasi yang akan datang.”ujarnya.
Dan kini saaatnya dimulai dengan  adanya pergerakan seruan damai tanpa kekerasan.  Jika dalam konteks sejarah meski zamannya berbeda tapi semangatnya harus tetap sama.
Untuk saat ini, bangsa Indonesia bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepentingan terhadap negara asing. dan konsolidasi kepentingan nasional, artinya bahwa para pemimpin harus berorientasi dengan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan pribadi .
Dan untuk melahirkan generasi kebangkitan sosial menurutnya yaitu memahami sejarah dan kekayaan budaya dan kedua mampu mengaplikasikan dalam bentuk modern tanpa mengurangi nilai sopan santun dan norma yang berlaku di Indonesia. “dan kita perlu mencontoh orang Jepang, sehebat apapun anak muda, ia tetap menghormati orang tua, melihat tatakrama dan perilakunya.”Paparnya.
Bahwa ini menjadikan mari berfikir secara terbuka, karena Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia  (SDM) serta sumber daya alam (SDA) secara lokal. Pemerintah sebaiknya memberi ruang, karena apa yang dimiliki bangsa Indonesia bisa bersaing jika di berdayakan. (Ihsan Fahmi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar